Oleh : Imam Abdullah El-Rashied
Mahasiswa Fakultas Syariah – Imam Shafie College, Hadhramaut – Yaman.
Mengenai keutamaan Nabi Muhammad SAW sangat panjang untuk dibahas, akan tetapi kami akan menghadirkan perkataan Syeikh kami tentang hal ini yaitu Syeikh Muhammad Ba’athiyah, Rektor Imam Shafie College. Beliau menyebutkan dalam Kitabnya “Mujazul Kalam” penjelasan dari Nadzom “Aqidatul Awam” karya Sayyid Ahmad Al-Marzuqi sebagai berikut:
نَبِيُّنَا مُحَمَّدٌ قَدْ أُرْسِلَا – لِلْعَالَمِيْنَ رَحْمَةً وَفُضِّلَا
“Nabi kita Muhammad SAW telah diutus
Ke Alam Semesta sebagai rahmat dan beliau telah diberi keutamaan (oleh Allah SWT)”.
Nabi kita Muhammad SAW. Telah diutus untuk alam semesta, (yang dimaksud Alam Semesta adalah segala hal selain Allah SWT). Jadi Risalahnya Nabi Muhammad SAW itu umum untuk semua mahluk bahkan untuk Malaikat bahkan kepada benda mati dan binatang yang mereka tiada mempunyai akal, hanya saja Risalahnya kepada mereka adalah Risalah Ta’rif (Pengenalan), sedangkan untuk Malaikat adalah Risalah Tasyrif (Kemuliaan) bukan Risalah Taklif (Kewajiban menjalankan Syariat Islam).
Ibnu Hajar berkata : “Bahkan Risalahnya kepada Malaikat adalah Risalah Taklif dengan kewajiban yang layak bagi mereka, sedangkan untuk Manusia dan Jin, begitu pula Ya’juj dan Ma’juj adalah Risalah Taklif secara Ijma’ (kesepakatan Ulama’)”.
Barang siapa yang meniadakan keumuman Risalahnya seperti Sekte ‘Isawiyah adalah kafir, (‘Isawiyah adalah salah satu sekte dari Yahudi yang menganggap Nabi Muhammad SAW diutus teruntuk Bangsa Arab saja). Hal ini berlandaskan pada Firman Allah SWT:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِّلَّناسِ. (سبأ : 28)
“Tidaklah kami mengutusmu melainkan untuk semua manusia”. (QS. Saba’ : 28)
Begitu juga hal ini berlandaskan pada hadits Nabi Muhammad SAW. :
((أُعْطِيْتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنَ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِيْ: نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيْرَةَ شَهْرٍ, وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُوْرًا, فَأَيُّمَا رَجُلٌ مِنْ أُمَّتِيْ أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ, وَأُحِلَّتْ لِي الْغَنَائِمُ وَلَمْ تَحِلَّ لِأَحَدٍ مِنْ قَبْلِيْ, وَأُعْطِيْتُ الشَّفَاعَةَ, وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النِّاسِ كَافَّةً)). رواه البخاري ومسلم
“Aku telah diberi 5 keistimewaan yang tidak diberikan kepada seorangpun dari para Nabi sebelumku. 1) Aku diberi pertolongan dengan rasa takut yang ditanamkan dalam musuh dalam jangkan sebulan (sebelum berperang), 2) Bumi dijadikan Masjid dan Suci bagiku, maka siapapun yang memasuki waktu Shalat maka hendaknya ia Shalat (di mana saja), 3) Ghanimah (Harta rampasan perang) dihalalkan untuk ku, sedangkan tidak pernah dihalalkan untuk seorangpun (dari para Nabi) sebelumku, 4) Aku diberikan Syafa’at (kelak di hari Kiamat), 5) Seorang Nabi hanya diutus terbatas (khusus) untuk kaumnya saja, sedangkan aku diutus untuk semuat Ummat Manusia”. HR. Bukhari – Muslim
Bahkan sebagian Ulama’ berpendapat akan keumuman Ayat dan Hadits tersebut di atas yang menyatakan Nabi Muhammad SAW. Diutus untuk seluruh Manusia, bahkan termasuk Ummat-Ummat yang terdahulu begitu pula Nabi-Nabi mereka. Mungkin yang bisa menjelaskan hal ini adalah bahwasannya Allah SWT. Telah mengambil janji di saat pengutusan Nabi Muhammad SAW. kepada para Nabi agar setiap orang dari mereka beriman kepadanya, yaitu Firman Allah SWT:
وَإِذْ أَخَذَ اللهُ مِيْثَاقَ النَّبِيِّيْنَ لَمَا أَتَيْتُكُمْ مِنْ كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءَكُمْ رَسُوْلٌ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنْصُرَنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكَ إِصْرِيْ قَالُوْا أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُوْا وَأَنَا مَعَكُمْ مِنَ الشَّاهِدِيْنَ. (آل عمران : 81).
“Dan ketika Allah mengambil janji para Nabi terhadap apa yang Aku (Allah) datangkan baik dari Kitab maupun Hikmah, kemudia dating seorang Rasul (Nabi Muhammad SAW) yang membenarkan apa yang kalian bawa, kalian akan beriman kepadanya serta menolongnya. Allah berfirman : Apakah kalian mengikrarkan dan akan mengambil janjiku? Mereka (Para Nabi) menjawab : Kami berikrar. Maka Allah berfirman : Saksikanlah dan Aku bersama kalian menjadi saksi”. (QS. Ali Imran : 81).
Risalah yang diemban Rasulullah SAW adalah rahmat bagi semesta Alam. Maka orang-orang yang beriman dengan Risalahnya akan selamat di dunia dan akhirat, sedangkan yang mengingkarinya akan ditimpakan Azab yang menyedihkan.
Allah SWT berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِيْنَ. (الأنبياء : 107).
“Tidaklah kami mengutusmu melainkan sebagai Rahmat untuk semesta alam”. (QS. Al-Anbiya’ : 107).
Di antara hal yang wajib diyakini bagi seorang yang Mukallaf tentang Nabi Muhammad SAW adalah bawahwasannya beliau diutamakan (mengungguli) di atas para Nabi dan Rasul selainnya, sedangkan Dalil akan hal ini telah disebutkan di awal. Begitu juga ayat tentang pengutusannya terhadap segenap Ummat Manusia sudah mencukupi sebagai Dalil atas keutamaannya jika dibandingkan dengan Para Nabi dan Rasul lainnya, Allah SWT berfirman :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِّلَّناسِ بَشِيْرًا وَّنَذِيْرًا. (سبأ : 28)
“Tidaklah kami mengutusmu melainkan untuk semua manusia sebagai pembawa kabar gembira dan sebagai pemberi peringatan”. (QS. Saba’ : 28)
Begitu juga Hadits berikut yang menunjukkan tentang keutamannya atas segenap Nabi dan Rasul:
((أَنَا أَوَّلُ النَّاسِ خُرُوْجًا إِذَا بُعِثُوْا, وَأَنَا خَطِيْبُهُمْ إِذَا وَفَدُوْا, وَأَنَا مُبَشِّرُهُمْ إِذَا يَئِسُوْا. لِوَاءُ الْحَمْدِ يَوْمَئِذٍ بِيَدِيْ, وَأَنَا أَكْرَمُ وَلَدِ آدَمَ عَلَى رَبِّيْ وَلاَ فَخْرَ)). رواه الترمذي
“Aku adalah manusia yang pertama kali keluar saat orang-orang dibangkitkan (dari kuburnya), aku adalah Khotib mereka tatkala mereka datang dan aku pemberi kabar gembira manakala mereka berputus asa (pada hari Kiamat). Bendera Al-Hamd (Pujian) pada hari itu ada di tanganku, sedangkan aku adalah anak Adam (manusia) yang paling mulia di hadapan Tuhanku namun (aku) tidak bangga[1]“. HR. Tirmidzi
Di antara hal yang juga menunjukkan keutamaan Nabi Muhammad SAW adalah Hadits beliau berikut ini:
((أَلاَ وَأَنَا حَبِيْبُ اللهِ وَلاَ فَخْرَ, وَأَنَا حَامِلُ لِوَاءِ الْحَمْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ فَخْرَ, وَأَنَا أَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ وَلاَ فَخْرَ, وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ يُحَرِّكُ حَلَقَ الْجَنَّةِ فَيَفْتَحُ اللهُ لِيْ فَيُدْخِلُنِيْهَا وَمَعِيَ فُقَرَاءُ الْمُؤْمِنِيْنَ وَلاَ فَخْرَ, وَأَنَا أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْآخِرِيْنَ وَلاَ فَخْرَ)). رواه الترمذي
“Ketahuilah aku adalah kekasih Allah namun tidak bangga, aku adalah pembawa bendera pujian pada hari Kiamat namun tidak bangga, aku adalah orang yang pertama kali memberikan Syafa’at namun tidak bangga, aku adalah orang yang pertama kali mengetuk pintu surge hingga Allah membuka untukku dan memasukkanku ke dalamnya, sedangkan ada orang-orang Fakir yang beriman bersamaku namun tidak bangga dan aku adalah paling mulianya orang dari awal sampai akhir namun tidak bangga”. HR. Tirmidzi
Rasulullah SAW juga bersabda:
(( أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ, وَأَوَّلُ مَنْ يُشَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ, وَأَوَّلُ شَافِعٍ وَمُشَفَّعٍ)). رواه مسلم
“Aku adalah pimpinan anak Adam pada hari Kiamat, aku adalah orang yang pertama kali kuburannya terbuka dan aku adalah orang yang pertama kali memberikan Syafa’at”. HR. Muslim
Ditulis di Hadhramaut, Jum’at 4 Desember 2015.
[1] Kata “Aku tidak bangga” adalah sebuah ungkapan ketawadhu’an yang menunjukkan ketidaksombongan.