Wawancara Sayyid Muhammad Yusuf Aidid
Kepada Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf (Anak ke-4 dari Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf)
Tahun 2014 tentang kesufian Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf
1. Sayyid Yusuf (SY) : Sejak kapan Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf berdakwah?
Habib Ali Assegaf (HAA): Beliau berdakwah sejak beliau belum keluar dari sekolah Jamiat Khair. Sebab beliau belajar di Jamiat Kheir sampai akhir hayatnya.
2. SY: Dimana pertama kali Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf berdakwah ?
HAA: Tentunya sekitar dimana ia tinggal diantaranya Bukit Duri, Citayam, dan tempat-tempat yang ia kunjungi
3. SY: Bagaimana cara berdakwah Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf ?
HAA: Yang pertama yang beliau lakukan dengan memberikan pelajaran-pelajaran dasar agama Islam dalam bentuk Bahasa Arab dan kitab-kitab yang disesuaikan dengan anak didiknya.
4. SY: Bagaimana hubungan dakwah Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf dengan tasawuf ?
HAA: Beliau berdakwah sekaligus memperaktekan apa yang ada di dalam ajaran tasawuf amali yang banyak beliau ambil dari karangan-karangan sahibul ratib Al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad. Sahibul ratib Al-Haddad merupakan sosok tokoh tasawuf amali pada tarekat Alawiyah. Dimana beliau memberikan pekenanan khusus pada dan sekaligus memperbaharui akhlak (moral) dan penguasaan diri yang bersifat puritan dan membuang praktek-praktek yang berlebihan pada tasawuf sebelumnya.
5. SY: Bagaimana penggunaan bahasa tasawuf Habib Abdurraman bin Ahmad Assegaf ?
HAA: Mungkin karena beliau lahir dan besar di daerah Bogor yang sarat dengan pengamalan –pengamalan akhlak maka terlihat sekali dari pesan-pesannya kepada saya saat saya pertama kali berdakwah yaitu jangan sekai-kali kau mengucapkan “Kamu” kalau menghadapi umat. Namun perlihatkanlah kasih sayangmu kepada orang-orang yang kau akan dakwahkan.
6. SY: Bagaimana pendekatan tasawuf Habib Abdurrahman bin Assegaf jika berintraksi dengan masyarakat ?
HAA: Beliau ini bukan sebatas melakukan pendekatan dalam artian memberikan sesuatu wejangan saja dengan masyarakat yang dekat, bahkan sampai orang yang jauhpun ia datangi untuk memberikan dakwah. Bukan hanya wejangan dakwah saja yang beliau berikan kepada orang-orang yang baik kenal maupun yang ia tidak kenal akan tetapi apa yang ia milikinya selagi ia bisa kasih maka ia berikan dengan ikhlas
7. SY: Mengapa Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf dikenal sebagai sosok sufi amali ?
HAA: Karena tutur kata almarhum dengan perbuatan seirama dan senafas. Sehingga beliau mendapat derajat yang tinggi disisi Allah Swt dan dihormati serta disegani oleh ulama-ulama lokal dan internasional.
8. SY: Bagaimana cara pengamalan tasawuf Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf ?
HAA: Terlihat sekali dari kesederhanaan hidup beliau, dan bagaimana shalat beliau sampai akhir hayatnya seperti Rasulullah. Apabila manusia awam melihat cara shalat beliau sudah terlalu capek. Apalagi wudhunya yang begitu tartil, shalatnya yang tartil, penyampaian mengajarnya sangat menyentuh kalbu. Adapun perkataannya lembut dan satu persatu begitu jelas dan logis. Sehingga kata-kata beliau yang sudah berpuluh-puluh tahun diucapkannya akan tetapi masih teringat oleh murid-muridnya hingga hari ini.
9. SY: Mengapa syiar dakwah tasawuf Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf dikenang oleh masyarakat dan murid-muridnya?
HAA: Suatu pengajaran atau dakwah tidak dikenang oleh murid-muridnya dan masyarakat apabila pengajar terlebih dulu mempraktekan apa yang dia akan ucapkannya. Seperti contohnya merokok, betapa murid-murid beliau tidak merokok karena melihat sosok Habib Abdurrahman Assegaf tidak merokok.
10. SY: Adakah buku-buku karangan beliau yang menyentuh dunia tasawuf ?
HAA: Yang menyentuh dari dunia tasawuf terdengar dari ucapan-ucapannya yang lembut dan tulus ikhlas. Adapun karangan-karangan beliau berbentuk nazom (sajak dalam bahasa Arab) antara lain Hilyatu al-Janan fi Hadi al-Quran (dalam bahasa Sunda), Safinah as-Said fi Ilmi at-Tauhid, dan Bunga Melati.